Kamis, 31 Juli 2014

Tari Angguk dan Sejarah yang Mengiringinya

SEJARAH TARI ANGGUK

Assalamu'alaikum, selamat pagi, siang, sore untuk sobatku sekalian. Pada kesempatan kali ini, aku akan sedikit membahas tentang sebuah tarian khas dari Kulon Progo yaitu Angguk. Bagaimana kisahnya? Oke, marilah kita mulai.

Sobatku sekalian, menurut sejarahnya tari Angguk ini merupakan pengembangan dari Tari Dolalak yang berasal dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tapi sampai saat ini, masih belum jelas siapa pihak yang membawa, mengkreasikan, dan kemudian mempopulerkan Tari Dolalak hingga akhirnya bisa berbentuk Tari Angguk dan diakui sebagai salah satu kebudayaan Kabupaten Kulon Progo.

Tari Angguk masuk ke Kulon Progo sekitar tahun 1950. Awalnya, tarian ini dimainkan sebagai tarian pergaulan para remaja dan biasa digelar setelah musim panen tiba sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Dulu, tarian ini dimainkan oleh kaum laki-laki. Tapi pada tahun 1970an, terjadi pergeseran sehingga dimainkan oleh kaum perempuan seiring dengan dirintisnya beberapa kelompok kesenian Tari Angguk putri.

Kata anggguk ini diambil dari gerakan para penari yang menangguk-anggukan kepalanya. Gerakan Tari Angguk pada awalnya terinspirasi dari gerakan baris berbaris serdadu Belanda. Maka tidak mengherankan apabila kostum yang dipakai oleh para penari ini juga mirip dengan seragam serdadu Belanda.

Pada setiap penampilannya, Tari Angguk mengambil cerita dari Serat Ambiyo dengan kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono. Tari Angguk biasanya dimainkan dengan durasi waktu sekitar 3-7 jam. Jumlah penari selalu genap, berkisar antara 10-20 orang penari beserta pengrawit (pengiring). Tapi dalam situasi tertentu, tarian ini bisa juga dikemas dalam paket singkat dengan durasi waktu sekitar 15-30 menit saja.

Jenis Tari Angguk ada dua macam, ada jenis Tari Ambyakan dan Pasangan. Jenis Tari Ambyakan dimainkan oleh banyak orang, biasanya dimainkan lebih dari 20 orang. Kalau Tari Pasangan dimainkan secara berpasang-pasangan (genap).Tari Angguk banyak menyisipkan ajaran moral dalam pementasannya, misalnya berbentuk pantun, petuah tentang kehidupan, dan pendidikan yang dilantunkan oleh para vokalis.

Penari Angguk mengenakan kostum yang mirip dengan serdadu Belanda. Kostum ini dilengkapi dengan gombyok berwarna emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, kaos kaki warna merah atau kuning, dan kacamata hitam.

Nah, sebelum mereka tampil biasanya ada upacara pemberian sesaji ditempat yang akan digunakan untuk pentas. Dilanjutkan dengan sesi pemanggilan roh, yang mana nantinya akan ada pemain tari yang akan dirasuki oleh roh  tersebut. Dan suasana mistisnya pun bakal kerasa.  Yah, tentunya akan menjadikan hiburan tersendiri bagi para penonton. 

KEISTIMEWAAN 

Tari Angguk mempunyai keistimewaan karena memadukan unsur Islam, Barat (Belanda), dan Timur (Yogyakarta). 

Unsur Islam dalam Tari Angguk terlihat ketika lagu Shalawat Nabi selalu menjadi pembuka pertunjukan. Selain itu, penggunaan peralatan musik berupa bedug dan rebana semakin mengukuhkan bahwa kesenian ini memang ada pengaruh dari unsur budaya Islam.

Unsur Barat terlihat pada gerakan para penari yang meniru gerakan baris-berbaris para serdadu militer pada zaman Belanda. Selain itu, kostum yang dipakai oleh para penari juga mirip dengan seragam militer serdadu Belanda. Bedanya para penari pakai celana pendek sedangkan serdadu biasanya memakai celana panjang.

Unsur Timur sangat terlihat dalam keluwesan seluruh gerakan tarian. Tingkat keluwesan gerakan inilah yang menjadi ciri khas budaya Timur, khususnya Yogyakarta. Ditambah lagi, tarian ini membawakan cerita Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono yang tertulis dalam Serat Ambiyo. 

Dan disinilah kebudayaan dari beberapa kutub yang berbeda bisa berpadu. Sisi militer yang lebih kaku namun serempak dipadukan dengan tarian yang sangat luwes menghasilkan karya yang sangat-sangat keren menurutku. 

Baiklah, cukup sekian sedikit uraian tentang tari Angguk. Terima kasih sudah mampir, dan jangan lupa untuk terus support kebudayaan lokal kita.

Salam,



R. Awaludin