A. Masjid Jami' Bleberan
Salah satu masjid bersejarah yang ada di Kulon Progo adalah Masjid Jami’ Bleberan. Masjid ini terletak di Dusun II Bleberan, Desa Banaran,
Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Masjid Jami’ Bleberan
merupakan salah satu masjid yang ditetapkan sebagai masjid bersejarah
oleh Kanwil Kementerian Agama Wilayah Provinsi DIY pada 2008 lalu. Meski
begitu, bukan berarti masjid itu tidak boleh ”diutak-atik”.
Masjid itu didirikan pada tahun 1825
diprakarsai oleh Kyai Istad dan mendapat dukungan dari warga dusun. Pada
masa kemerdekaan, masjid tersebut memiliki andil besar sebagai saksi
perjuangan. Masjid Jami’ Bleberan pernah juga menjadi markas Hizbulloh
pada saat mempertahankan Kemerdekaan RI. “Bahkan konon pada masa
perjuangan kemerdekaan, masjid ini pernah menjadi tempat bertahan
prajurit Pangeran Diponegoro. Dari cerita, salah satu murid Pangeran
Diponegoro adalah Kyai Istad yang mendirikan masjid ini,” ungkap Drs
Nuryanto, Ketua Takmir Masjid Jami’ Bleberan.
Dalam
perkembangannya, masjid tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga untuk kepentingan
sosial, pendidikan, maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan jama’ah dan menyesuaikan perkembangan maka
masjid itu sudah pernah dipugar yakni pada tahun 1900, 1920, 1944 dan
terakhir tahun 1980.
Pemrakarsa pemugaran para ta’mir masjid pada
saat itu. Seperti KH. AR. Fakhrudin (yang pernah menjabat ketua PP
Muhammadiyah), H. Syaebani, Muhamad Mawardi, dan Zainudin pada saat
rehab tahun 1944.
Karena kentalnya nuansa agama di dusun tersebut
termasuk Desa Banaran, maka orang luar pun sering menyebut dusun ini
sebagai Serambinya Mekkah dengan pusat kegiatanya berada di Masjid Jami’
Bleberan. Tidak sedikit pula masyarakat yang mewakafkan tanahnya kepada
masjid tersebut. “Mereka mewakafkan karana kepercayaan masyarakat
terhadap masjid ini. Saat ini ada 14 petak sawah yang diwakafkan.
Sawah-sawah itu untuk menopang kegiatan masjid baik untuk operasional
maupun pemeliharaan fisik, yakni dari hasil panen maupun sewa,” kata
Nuryanto. (suara merdeka)
B. Masjid Kedondong,Kalibawang, Kulon Progo
Latar Belakang
Menurut sumber setempat
Masjid Kedondong ini dibangun oleh Adipati Terung atas prakarsa Sunan Kalijaga.
Pembangunan masjid itu sendiri menurut buku Rehabititasi Masjid Kedondong
Kalurahan Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo dibangun kira-kira pada
tahun 1477 M.
Dalam buku tersebut
disebutkan bahwa pada waktu itu Sunan Kalijaga hendak membangun masjid di
Demak. Namun sebelum semua dilaksanakan ia bersama sahabatnya yang bernama
Adipati Terung singgah di Kedondong. Di Kedondong ini Sunan Kalijaga tergerak
untuk membuat ancer-ancer ‘ancar-ancar’ atau semacam patokan untuk pendirian
sebuah masjid sebelum pembuatan Masjid Demak.
Pembuatan patokan oleh Sunan
Kalijaga ini dilakukan dengan menancapkan tongkat atau cis-nya ke atas tanah.
Penancapan itu dilkakukannya di dekat sungai yang sekarang disebut sebagai
Sungai Tinalah. Setelah itu Sunan Kalijaga berpesan kepada sahabatnya yang
bernama Adipati Terung yang intinya supaya Adipati Terung mendirikan masjid di
tempat Sunan Kalijaga menancapkan cis.
Adipati Terung melaksanakan
amanat Sunan Kalijaga itu tetapi dengan menggeser lokasi pembuatan masjid karena
ia takut bahwa nantinya bangunan masjid akan tererosi karena ancar-ancar atau
patokan yang dibuat Sunan Kalijaga terlalu dekat dengan bibir sungai. Apa yang
dilakukan Adipati Terung ini tidak berkenan di hati Sunan Kalijaga. Sepulang
dari Demak ia mampir di Kedondong dan melihat bangunan masjid tidak sesuai
keletakannya dengan ancar-ancar yang dibuatnya. Oleh karena itu ia mengatakan
bahwa Adipati Terung adalah orang bodoh yang tidak percaya pada kata-kata Sunan
Kalijaga. Konon berdasarkan peristiwa itu Adipati Terung kemudian dikenal
sebagai Panembahan Bodo. Kelak ia dimakamkan di Pijenan, Wijirejo, Pandak,
Bantul, Yogyakarta. Di tempat itu pula ia kelak dikenal sebagai Syeh Sewu
karena pengikutnya amat banyak.
Letak Masjid
Secara administrative Masjid
Kedondong terletak di Dusun Kedondong, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo,
Propinsi DIY. Lokasi Masjid ini jika dari arah Yogyakarta dapat dicapai dengan
mengikuti Jl. P. Diponegoro (barat Tugu) lurus-Jl. Kyai Mojo-Jl. Godean-Perempatan
Kenteng Nanggulan-ambil arah ke kanan (arah Muntilan). Sampai di Dusun
Semaken-Kedondong sampailah di lokasi yang dimaksud.
Peninggalan
Peninggalan kuna dari Masjid
Kedondong yang masih dapat disaksikan sampai sekarang di antaranya adalah
bedug, tombak bermata dua (cis), kentongan, sumur tua, dan sisa mustaka masjid
yang terbuat dari ijuk yang masih dipertahankan sampai sekarang.
Ukuran diameter bedug sekitar
1,2 meter dengan panjang tubuh bedug sekitar 1,7 meter. Sumur tua memiliki
kedalaman sekitar 6 meter dengan diameter sekitar 1,3 meter. Luas bangunan
masjid ini 9 m x 9 m. sedang luas halamannya 8 m x 12 m. Tinggi bangunan utama
masjid 3,5 meter. Sedangkan tinggi bangunan serambinya sekitar 2, 5 meter. Saka
guru masjid yang berjumlah 4 buah menurut sumber setempat merupakan peninggalan
kuna yang juga masih dipertahankan keberadaannya. Tinggi saka guru ini sekitar
4 meter.
Secara keseluruhan bangunan
masjid ini telah mengalami perubahan (pembaruan) sehingga sekarang bangunan
masjid ini lebih kelihatan modern dan bersih.
Pada bagian belakang masjid
ini terdapat pula makam kuna yang merupakan makam dari tokoh-tokoh yang pernah
menjadi imam di masjid ini. Imam yang sekarang pun yang bernama Amat Suwito
Mukri (75) merupakan keturunan dari imam-imam yang dimakamkan di belakang
masjid tersebut. (tembi.org)
C. Masjid Al Furqon Lendah
Masjid al furqon. Merupakan masjid tertua diwilayah Kecamatan Lendah.
Dulunya merupakan masjid kecamatan, yang berfungsi sebagai sentra
kegiatan keagamaan. Diyakini beberapa orang bahwa Masjid al Furqon masih
punya afiliasi dengan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, hal ini
berdasar pada tanah tempat berdirinya mempunyai status Sultan Ground.
Pada Masjid tersebut juga terdapat makam pendiri dusun Lendah yang terkenal dengan sebutan Makam Kyai
Landoh. Adapun nama makam ini dinisbatkan pada seorang pioneer bagi
kehidupan masyarakatnya, beliau bernama Kyai Landoh Syeh Jangkung. Beliau dianggap berjasa dalam mendirikan sebuah peradaban di wilayah yang sekarang dikenal sebagai
dusun Lendah. Makam Kyai Landoh ini terletak pada bagian utara Masjid. Banyak juga yang berziarah ke sana.