Jumat, 25 Oktober 2013

Masjid Bersejarah Di Kabupaten Kulon Progo

A. Masjid Jami' Bleberan

 image







Salah satu masjid bersejarah yang ada di Kulon Progo adalah Masjid Jami’ Bleberan. Masjid ini terletak di Dusun II Bleberan, Desa Banaran, Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Masjid Jami’ Bleberan merupakan salah satu masjid yang ditetapkan sebagai masjid bersejarah oleh Kanwil Kementerian Agama Wilayah Provinsi DIY pada 2008 lalu. Meski begitu, bukan berarti masjid itu tidak boleh ”diutak-atik”. 

Masjid itu didirikan pada tahun 1825 diprakarsai oleh Kyai Istad dan mendapat dukungan dari warga dusun. Pada masa kemerdekaan, masjid tersebut memiliki andil besar sebagai saksi perjuangan. Masjid Jami’ Bleberan pernah juga menjadi markas Hizbulloh pada saat mempertahankan Kemerdekaan RI. “Bahkan konon pada masa perjuangan kemerdekaan, masjid ini pernah menjadi tempat bertahan prajurit Pangeran Diponegoro. Dari cerita, salah satu murid Pangeran Diponegoro adalah Kyai Istad yang mendirikan masjid ini,” ungkap Drs Nuryanto, Ketua Takmir Masjid Jami’ Bleberan.

Dalam perkembangannya, masjid tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga untuk kepentingan sosial, pendidikan, maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan jama’ah dan menyesuaikan perkembangan maka masjid itu sudah pernah dipugar yakni pada tahun 1900, 1920, 1944 dan terakhir tahun 1980.

Pemrakarsa pemugaran para ta’mir masjid pada saat itu. Seperti KH. AR. Fakhrudin (yang pernah menjabat ketua PP Muhammadiyah), H. Syaebani, Muhamad Mawardi, dan Zainudin pada saat rehab tahun 1944.
Karena kentalnya nuansa agama di dusun tersebut termasuk Desa Banaran, maka orang luar pun sering menyebut dusun ini sebagai Serambinya Mekkah dengan pusat kegiatanya berada di Masjid Jami’ Bleberan. Tidak sedikit pula masyarakat yang mewakafkan tanahnya kepada masjid tersebut. “Mereka mewakafkan karana kepercayaan masyarakat terhadap masjid ini. Saat ini ada 14 petak sawah yang diwakafkan. Sawah-sawah itu untuk menopang kegiatan masjid baik untuk operasional maupun pemeliharaan fisik, yakni dari hasil panen maupun sewa,” kata Nuryanto. (suara merdeka)

B. Masjid Kedondong,Kalibawang, Kulon Progo


Latar Belakang
Menurut sumber setempat Masjid Kedondong ini dibangun oleh Adipati Terung atas prakarsa Sunan Kalijaga. Pembangunan masjid itu sendiri menurut buku Rehabititasi Masjid Kedondong Kalurahan Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo dibangun kira-kira pada tahun 1477 M.

Dalam buku tersebut disebutkan bahwa pada waktu itu Sunan Kalijaga hendak membangun masjid di Demak. Namun sebelum semua dilaksanakan ia bersama sahabatnya yang bernama Adipati Terung singgah di Kedondong. Di Kedondong ini Sunan Kalijaga tergerak untuk membuat ancer-ancer ‘ancar-ancar’ atau semacam patokan untuk pendirian sebuah masjid sebelum pembuatan Masjid Demak.
Pembuatan patokan oleh Sunan Kalijaga ini dilakukan dengan menancapkan tongkat atau cis-nya ke atas tanah. Penancapan itu dilkakukannya di dekat sungai yang sekarang disebut sebagai Sungai Tinalah. Setelah itu Sunan Kalijaga berpesan kepada sahabatnya yang bernama Adipati Terung yang intinya supaya Adipati Terung mendirikan masjid di tempat Sunan Kalijaga menancapkan cis.

Adipati Terung melaksanakan amanat Sunan Kalijaga itu tetapi dengan menggeser lokasi pembuatan masjid karena ia takut bahwa nantinya bangunan masjid akan tererosi karena ancar-ancar atau patokan yang dibuat Sunan Kalijaga terlalu dekat dengan bibir sungai. Apa yang dilakukan Adipati Terung ini tidak berkenan di hati Sunan Kalijaga. Sepulang dari Demak ia mampir di Kedondong dan melihat bangunan masjid tidak sesuai keletakannya dengan ancar-ancar yang dibuatnya. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa Adipati Terung adalah orang bodoh yang tidak percaya pada kata-kata Sunan Kalijaga. Konon berdasarkan peristiwa itu Adipati Terung kemudian dikenal sebagai Panembahan Bodo. Kelak ia dimakamkan di Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta. Di tempat itu pula ia kelak dikenal sebagai Syeh Sewu karena pengikutnya amat banyak.

Letak Masjid 
Secara administrative Masjid Kedondong terletak di Dusun Kedondong, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo, Propinsi DIY. Lokasi Masjid ini jika dari arah Yogyakarta dapat dicapai dengan mengikuti Jl. P. Diponegoro (barat Tugu) lurus-Jl. Kyai Mojo-Jl. Godean-Perempatan Kenteng Nanggulan-ambil arah ke kanan (arah Muntilan). Sampai di Dusun Semaken-Kedondong sampailah di lokasi yang dimaksud.

Peninggalan 

Peninggalan kuna dari Masjid Kedondong yang masih dapat disaksikan sampai sekarang di antaranya adalah bedug, tombak bermata dua (cis), kentongan, sumur tua, dan sisa mustaka masjid yang terbuat dari ijuk yang masih dipertahankan sampai sekarang. 

Ukuran diameter bedug sekitar 1,2 meter dengan panjang tubuh bedug sekitar 1,7 meter. Sumur tua memiliki kedalaman sekitar 6 meter dengan diameter sekitar 1,3 meter. Luas bangunan masjid ini 9 m x 9 m. sedang luas halamannya 8 m x 12 m. Tinggi bangunan utama masjid 3,5 meter. Sedangkan tinggi bangunan serambinya sekitar 2, 5 meter. Saka guru masjid yang berjumlah 4 buah menurut sumber setempat merupakan peninggalan kuna yang juga masih dipertahankan keberadaannya. Tinggi saka guru ini sekitar 4 meter.

Secara keseluruhan bangunan masjid ini telah mengalami perubahan (pembaruan) sehingga sekarang bangunan masjid ini lebih kelihatan modern dan bersih.

Pada bagian belakang masjid ini terdapat pula makam kuna yang merupakan makam dari tokoh-tokoh yang pernah menjadi imam di masjid ini. Imam yang sekarang pun yang bernama Amat Suwito Mukri (75) merupakan keturunan dari imam-imam yang dimakamkan di belakang masjid tersebut. (tembi.org)

C.  Masjid Al Furqon Lendah

Masjid al furqon. Merupakan masjid tertua diwilayah Kecamatan Lendah. Dulunya merupakan masjid kecamatan, yang berfungsi sebagai sentra kegiatan keagamaan. Diyakini beberapa orang bahwa Masjid al Furqon masih punya afiliasi dengan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, hal ini berdasar pada tanah tempat berdirinya mempunyai status Sultan Ground.

Pada Masjid tersebut juga terdapat makam pendiri dusun Lendah yang terkenal dengan sebutan Makam Kyai Landoh. Adapun nama makam ini dinisbatkan pada seorang pioneer bagi kehidupan masyarakatnya, beliau bernama Kyai Landoh Syeh Jangkung. Beliau dianggap berjasa dalam mendirikan sebuah peradaban di wilayah yang sekarang dikenal sebagai dusun Lendah. Makam Kyai Landoh ini terletak pada bagian utara Masjid. Banyak juga yang berziarah ke sana.